Kamis, 06 Juni 2013

Hubungan Interpersonal


HUBUNGAN INTERPERSONAL


Model Pertukaran Sosial dan Analisis Transaksional

       Teori pertukaran sosial adalah salah satu teori sosial yang mempelajari bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain , kemudian seseorang itu menentukan keseimbangan antara pengorbanan  dan keuntungan yang didapatkan dari hubungan itu . Setelah seseorang menentukan keseimbangannya , ia akan menentukan jenis hubungan dan kesempatan memperbaiki hubungan / tidak sama sekali. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain tanpa terasa ada hubungan resiprok didalamnya. Paling tidak ada 3 hal yang kita pertukarkan :

·                        Ganjaran
·                        Pengorbanan
·                        Keuntungan 
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
AT dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Pendekatan analisis transaksional ini berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang dewasa, dan anak. Pada dasarnya teori analisis transaksional berasumsi bahwa orang-orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berpikir, dan memutusakan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan- perasaannya.
Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak.
Dalam eksprerimen yang dilakukan Berne mencoba meneliti dan menjelaskan bagaimana status ego anak, orang dewasa dan orang tua, dalam interaksi satu sama lain, serta bagaimana gejala hubungan interpersonal ini muncul dalam berbagai bidang kehidupan seperti misalnya dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam sekolah, dan sebagainya.
Dari eksperimen ini Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan traksaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis. Percobaan Eric Berne ini dilakukan hamper 15 tahun dan akhirnya dia merumuskan hasil percobaannya itu dalam suatu teori yang disebut Analisis Transaksional dalam Psikoterapi yang diterbitkan pada tahun 1961. Selanjutnya tahun 1964 dia menulis pula tentang Games Pupil Play, dan tahun 1966 menerbitkan Principles of Group Treatment. Pengikut Eric Berne adalah Thomas Harris, Mc Neel J. dan R. Grinkers.

2.   Memulai Hubungan, Pembentukan Kesan & Ketertarikan Interpersonal dalam memulai     hubungan

      Ellen Berscheid (Berscheid, 1985; Berscheid & Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998)menyatakan bahwa apa yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia, dari daftar jawaban yang ada, yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah membangun dan mengelola persahabatan dan  memiliki hubungan yang positif serta hangat. Tiadanya hubungan yang bermakna dengan orang-orang lain membuat individu merasa kesepian, kurang berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan. Ahli Psikologi Sosial, Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah ’ekspresi diri’ (self expression).
Penyebab ketertarikan, dimulai dari awal rasa suka hingga cinta berkembang dalam hubungan yang erat meliputi :

·         Aspek kedekatan
·         Kesamaan
·         Kesukaan timbal balik
·         Ktertarikan fisik dan kesukaan

Teori Ketertarikan Interpersonal

·         Social Exchange Theory
Teori ini mengacu pada pernyataan sederhana bahwa relasi berlangsung mengikuti model ekonomi ‘costs and benefits’ seperti kondisi pasar, yang telah diperluas oleh para psikolog dan sosiolog menjadi teori pertukaran sosial (social exchange theory) yang lebih kompleks.
Teori pertukaran sosial menyatakan bahwa perasaan orang tentang suatu hubungan tergantung pada persepsinya mengenai hasil positif (rewards) dan ongkos (costs) hubungan, jenis hubungan yang mereka jalani, dan kesempatan mereka untuk memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
·         Equity Theory
Beberapa peneliti mengritik teori pertukaran sosial yang mengabaikan pentingnya keadilan atau keseimbangan dalam hubungan. Para pendukung teori ini berpendapat bahwa orang tidak sekedar berusaha mendapatkan rewards sebanyak-banyaknya dan mengurangi costs, melainkan juga peduli mengenai keseimbangan dalam hubungan, yaitu bahwa rewards dan costs yang mereka alami dan kontribusi yang mereka berikan dalam hubungan tersebut kira-kira seimbang dengan pihak lain. Teori ini menggambarkan bahwa hubungan yang seimbang adalah yang membahagiakan dan relatif stabil.

3.      Model Peran, Konflik, dan Adequancy Peran serta Autentisitas dalam Hubungan Peran

Terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
Secara implicit bermain peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.
Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Denagn demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para pserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni (1) kualitas pemeranan, (2) analisis dalam diskusi, (3) pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.

Konflik
Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Substantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi (personality clashes).
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing hitam.

Adequancy peran & autentisitas dalam  hubungan peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.

4.      Intimacy dan Hubungan Pribadi
      Kebutuhan intimacy merupakan suatu kebutuhan akan hubungan dengan orang    lain dan merupakan kebutuhan terdalam pada diri setiap manusia untuk mengetahui seseorang secara lebih dekat, seperti merasa dihargai, diperhatikan, saling bertukar pendapat,  keinginan untuk selalu berbagi dan menerima serta perasaan saling memiliki sehingga  terjalin keterikatan yang semakin kuat dan erat.
Faktor penyebab intimacy :
·         Keluasan : seberapa banyak aktifitas yg dilakukan bersama
·         Keterbukaan : adanya saling keterbukaan diri
·         Kedalaman : saling berbagi
Proses terbentukan intimacy :
Penerimaan  diri  ­  Saling  berinteraksi  ­  Memberi  respon  atau 
tanggapan – Perhatian ­ Rasa percaya  ­ Kasih sayang ­ Mempunyai 
minat yang sama ­ Berhubungan seksual

5.      Intimacy dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita seccara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena (1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh; (2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan; (3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia; (4) kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup; (5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus. Dalam hal inilah keutamaan cinta dibutuhkan.


CINTA DAN PERKAWINAN

Cara memilih pasangan hidup
Cara memilih pasangan hidup –Memiliki pasangan idaman adalah salah satu tujuan hidup manusia. Berikut adalah Cara memilih pasangan hidup untuk seorang wanita terhadap pria. Pilihlah yang benar benar sholeh dan mampu bertanggung jawab kepada Anda nantinya.
Beberapa cara memilih pasangan hidup pria :
v  Memberi nafkah kepada seisi keluarga, sesuai dengan kemampuan usaha dan daya upaya yang ada padanya dengan sungguh-sungguh.
v  Memperlakukan isteri dengan cara dan sikap yang baik.
v  Sejauh mungkin turut membantu istrinya dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehari-hari, terutama sekali dalam bidang pendidikan, bimbingan dan penyuluhan anak-anak.
v  Memberi kebebasan berpikir dan kesempatan bertindak sesuai dengan garis-garis ajaran agama tidak mengekang, mempersulit atau pun menghambat, bahkan mengganggu pikirannya, apalagi menjadikan sang istri menderita lahir dan bathin, sehingga mengakibatkan ia berlaku ataupun bertindak salah.
v  Menjalin toleransi, penuh pengertian, disiplin dan berwibawa, berlandaskan welas asih dan kasih sayang yang tulus.
v  Bersabar akan kekurangan dan kelemahan isteri dengan disertai usaha dan daya upaya untuk memperbaiki, menambah pengetahuan dan mempertinggi kemampuan dan kecerdasannya dalam bidang-bidang yang serasi.
v  Berusaha untuk menciptakan ketentraman, kedamaian dan kerukunan dalam keluarga, dengan terjalinya kesejahteraan dan kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrowi.
v  Manakala timbul perselisihan antara suami dan isteri hendaklah suami dapat mengendalikan diri menahan emosi kemarahan agar dapat menguasai keadaan dan mencari penyelesaian yang bijaksana, tidak mudah memperturutkan amarah hati, agar pangkal perselisihan tersebut tidak semakin larut, sehingga dengan demikian akan mudah terselesaikan.
v  Menuntun isteri dan memberikan pelajaran-pelajaran tentang masalah-masalah keagamaan, terutama sekali yang bertautan dengan kewajiban-kewajiban pribadi (fardu ‘ain), seperti : masalah sholat, thoharoh (bersuci dari hadast kecil dan besar).
v  Berlaku adil dalam memberikan nafkah, sehingga dapat menjalin keserasian nafkah untuk isterinya.
v  Cara memilih pasangan hidup selanjutnya selalu menaruh hormat pada keluarga sang isteri.
Demikian cara memilih pasangan hidup pria yang sholeh dan bertanggung jawab. Semoga suami anda termasuk kedalam ciri suami sholeh dan bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Cara memilih pasangan hidup, pria idaman, menjadi pria idaman, menentukan pasangan hidup, pasangan hidup menurut islam, ciri pasangan setia, pasangan romantis, pasangan masa depan
Seluk Beluk Hubungan dalam Perkawinan

Inilah puncak dari segalanya, setelah melewati  masa pacaran dengan baik. Dengan saling mengikarkan janji suci untuk sehidup semati baik dalam sehat maupun dalam sakit, dalam keadaan kaya atau miskin dan hanya maut yang bisa memisahkan mereka. Sehingga ikrar suci pernikahan itu, mereka bukan lagi dua tetapi telah menjadi satu. Tahap ini memulainya sebuah babak baru, relasi yang ditandai dengan munculnya komitmen tanpa syarat untuk saling mencintai dan memiliki.
Kalau tahap perkenalan merupakan sebuah pintu gerbang menuju ke tingkat pacaran, maka tahap pernikahan merupakan puncak dari tingkat hubungan paling akrab dan mulia yang dilakukan.

Penyesuaian Dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Dwan J.Lipthrott,LCSW mengatakan bahwa ada 5 tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan.Bisa jadi antara pasangan suami istri yang satu dengan yang lain,memiliki waktu berbeda saat menghadapi melalui tahapannya.
Tahap 1: Romantic love.Saat ini adalah saat anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu.
Tahap 2: Dissapointment of Distress. Di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan,memiliki rasa marah dan kecewa pda pasangan,berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya.
Tahap 3: Knowledge and awareness.Bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya
Tahap 4:Transformation.Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan dihati pasangannya.
Tahap 5: Real love.Anda akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan.

Perceraian Dan Pernikahan Kembali
   Perceraian merupakan terputusnya hubungan antara suami istri  adalah cerai hidup yang disebabkan oleh kegagalan suami atau istri dalam menjalankan obligasi peran masing-masing .Dimana perceraian dipahami sebagai akhir dari ketidakstabilan perkawinan antara suami istri yang selanjutnya hidup secara terpisah dan diakui secara sah berdasarkan hukum yang berlaku.

Jumat, 03 Mei 2013

Penyesuaian Diri



A.PENYESUAIAN DIRI

1.Pengertian Penyesuaian diri

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan .
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan, padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapattekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan, yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.


2.Konsep Penyesuaian diri

Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam penyesuaian diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal.
Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.


3.Pertumbuhan personal

Baik perempuan maupun pria mengalami kategorisasi yang kemudian akan melekat sebagai bagian dari karakteristik kepribadiannya. Gender tentunya dapat membuat stereotip tersendiri bagi pria dan perempuan. Stereotip inilah yang akan menjadi identitas dari individu itu dalam berhubungan dengan sesamanya. Sosialisasi peran gender oleh orang tua sejak masa kanak-kanak akan membuat seseorang mengkategorisasikan dirinya sebagai perempuan atau pria dengan hal-hal yang dianggap sesuai dengan peran gendernya. Dengan demikian ada pembatasan dalam hal peran yang dinilai cocok untuk pria dan perempuan. Stereotip perempuan berbeda dengan stereotip pria. Stereotip pria anatara lain : memiliki kemampuan memimpin, kompetitif, aktif, dominan, maskulin, analitis dan independen. Stereotip perempuan mengutamakan perasaan, hangat, mencintai anak-anak, malu, pengertin, lembut, loyal dan simpatik. Stereotip jenis kelamin ini member nilai tinggi pada pria untuk sifat-sifat yang berhubungan dengan kecakapan seperti kepemimpinan, obyektifitas dan kemandirian sedangkan perempuan untuk sifat-sifat yang berhubungan dengan kehangatan dan kelembutan.


A.Penekanan pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik keadaan tubuh
yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.

B.Variasi dalam pertumbuhan

Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.

      C.Kondisi-kondisi untuk bertumbuh

Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

D.Fenomenologi pertumbuhan

Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri.
Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai bapak Psikologi Humanistik.


B.STRESS

1.Pengertian Stress

Pengertian stress secara harfiah adalah keras. Kata stress berasal dari bahasa latin yakni Stingere yang mengalami modifikasi berkelanjutan dari straise, strest, stresce dan kemudian stress. Di abad ke-17, kata stress diartikan sebagai sebuah kesukaran, kesusahan, kesulitan dan atau penderitaan. Akan tetapi, menariknya pada abad ke-18 kata stress beralih pada pemaknaan yang menunjukkan kekuatan, tekanan, ketegangan, ataukah usaha yang berpusat pada suatu benda dan juga (kekuatan mental) manusia. Beberapa ahli mencoba untuk mendefenisikan stress agar lebih terarah. Berdasarkan pendapat MC.Nerney, disebutkan bahawa stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan juga berpotensi merisaukan seseorang. Pendapat ini jauh lebih maju ketimbang pendapat Lazarus dan Folkman yang hanya mendefenisikan stress sebagai hubungan khusus antara manusia dan lingkungannya dimana manusia tadi terbebani. 
Efek-efek stress :
Keringat berlebih
Hal yang mudah dikenali saat seseorang mengalami stress adalah keluarnya keringat berlebih. Keluarnya keringat berlebih ini dipengaruhi oleh detak jantung.Ketika seseorang mengalami tekanan yang berat maka denyut jantung akan berdetak lebih kencang dan akan merasakan mati rasa di bagian tangan dan kaki.
Kesulitan dalam memutuskan sesuatu
Karena emosi yang terganggu, maka secara langsung dapat mengakibatkan seseorang kehilangan konsentrasinya. Inilah alasan utama kenapa seseorang yang terserang stress akan lebih kesulitan dalam memutuskan sesuatu.Daya pikir seseorang juga akan mengalami gangguan, tingkat keparahan bergantung penuh pada tekanan dan depresi yang dialami.

Perubahan suasana hati
Jika emosional seseorang terganggu maka suasana hatinya pun akan ikut terganggu. Perubahan suasana hati yang tidak terduga dapat berpengaruh pada orang disekitarnya.Selain perubahan mood, stress juga dapat memicu munculnya kepanikan yang tidak beralasan. Jika hal ini sudah ditemukan, maka itu menjadi tanda bahwa depresi yang dialami seseorang sudah parah dan perlu segera mendapat pertolongan.
Nyeri otot
Banyak yang tidak menyadari bahwa nyeri otot yang dirasakan disebabkan oleh tekanan mental yang begitu kuat. Selain dapat memicu nyeri pada otot, stress juga dapat menimbulkan kejang dan kaku.
Letih dan lesu
Efek lain dari stress yang berakibat pada tubuh adalah letih dan lesu. Selain letih dan lesu, biasanya sering ditemukan pusing dan sakit kepala.
Kehilangan kepercayaan diri
Rasa frustasi yang ditimbulkan dan mengarah pada kehilangan kepercayaan diri pada seseorang. Pada tingkat ini, seseorang akan lebih mudah marah dan sangat sensitif.
Kerontokan rambut
Dibanding pria, kerontokan rambut yang dialami wanita karena stress lebih tinggi. Kerontokan dan masalah penipisan pada rambut pada kaum hawa seringkali disebabkan oleh gangguan ini.
Gangguan pada kulit
Stress berlebihan dapat memicu tubuh memproduksi hormon adrenalin dalam jumlah banyak. Hormon ini bertanggung jawab atas munculnya jerawat di wajah dan bagian tubuh lainnya.Selain masalah jerawat, stress juga dapat memicu munculnya keriput dan ruam pada kulit. Hal ini karena hormon yang diproduksi saat stress mengganggu produksi hormon kolagen yang berperan penting pada kesehatan kulit.
http://www.janggleng.com/8-efek-stress-bagi-tubuh-yang-jarang-terungkap.html
Dari sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye seorang fisiologi dan pakar stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya.Jadi merupakan repons automatik tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal suatu organisme. Dari sudut pandang psikologis stress didefinisikan sebagai suatu keadaan internal yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya, memberikan tantangan, menimbukan perubaha-perubahan  atau memerlukan mekanisme pertahanan seseorang.
2.Faktor  Individual
            Kondisi yang mempengaruhi kehidupan seseorang secara individual , seperti tuntutan ekonomi yang berlebihan , kondisi lingkungan sosial yang tidak mendukung dan kepribadian dari si individu tersebut. menyebabkan timbulnya stress yaitu :
A.Faktor Lingkungan
B.Faktor Organisasi
·         Role Demands
·         Interpersonal Demands
·         Organizational Structure
·         Organizational Leadership
C.Faktor Individu


3.Tipe-tipe Stress :

Tekanan Menurut Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, tekanan adalah suatu sifat atau atributif dari suatu objek lingkungan atau orang yang memudahkan atau menghalangi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan tertentu. 

Frustasi ialah keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat/dorongan yang tidak dapat terpenuhi. (Frustation = Kekecewaan)

Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.

Kecemasan merupakan suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang karena melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif dan timbul karena menghadapi tegangan, ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya individu tidak menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami kecemasan.


4. Symptom Reducing Responses Terhadap Stress
Respon terhadap stress menyangkut Defense Mechanism (Pertahanan Diri) 
1.Represi merupakan DM (Defence Mechanism) yang paling sering dilakukan. Pikiran melakukan blok terhadap kenangan buruk, mengalihkannya pada hal-hal yang menyenangkan. Tanpa represi seseorang yang putus cinta akan sakit hati berbulan-bulan. Seseorang yang fungsi represinya terganggu seringkali membutuhkan obat untuk represi. Istilah ini disebut dengan Supression (pemaksaan represi menggunakan media bantu)
2. Projection, yaitu mengarahkan emosi kepada orang lain. Seringkali saat kita merasa jengkel atau marah ketika menjumpai orang lain yang sedang stress dalam pekerjaannya yang tidak mengacuhkan kita, kemudian kita pun langsung memberikan tuduhan bahwa orang itu marah terhadap kita karena saat diajak berbicara tidak merespon.
3. Rasionalisasi, yaitu melakukan alasan atau pembenaran terhadap kegagalan atau suatu hal yang tidak dicapai untuk mencegah perasaan kecewa berkepanjangan. Seseorang yang putus cinta dengan pasangan yang menurutnya sempurna seringkali menjalin hubungan dengan orang yang secara kualitas jauh dibawah mantannya untuk menghindari sakit hati. Atau contoh lain yang sering kita alami misalnya : ketika kita melihat ada anak muda jadi pengusaha kaya, kita kerap menyimpulkan langsung bahwa dia pasti anak pengusaha. Ketika ada pejabat kaya, tuduhan langsung adalah pasti korupsi. Sebuah pembenaran bahwa tidak menjadi pengusaha muda atau pejabat kaya adalah hanya karena bukan anak pengusaha atau tidak korupsi.
4. Displacement. Pernahkah Anda melihat blog yang berisi tulisan-tulisan mengenai sumpah serapah, blog berisi puisi cinta mati, atau perahkah Anda mendengar ada seseorang yang pergi meninggalkan pekerjaan untuk berkelana keliling dunia? Itu adalah sebuah Displacement, memindahkan energi amarah dan cemas ke dalam aktivitas lain sebagai penyaluran.
Self Defence Mechanism adalah sebuah disiplin dalam ilmu psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Bukan hanya psikolog, tapi Anda pun bisa mempelajari ini untuk memahami perilaku orang-orang di sekitar anda dan mencoba berempati saat mereka terpaksa melakukan ini. Ketika timbul suatu dorongan atau kebutuhan, manusia yang normal akan cenderung untuk menghilangkan atau mengurangi tingkat ketegangan tersebut dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperlunya. Dalam beberapa hal, karena berbagai alasan kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi, akibatnya ia harus belajar untuk mengganti objek yang diinginkannya tersebut agar ketegangan tersebut dapat menurun atau hilang dalam dirinya (Defense Mechanism).
5.Pendekatan Problem Solving
problem solving merupakan taraf yang harus dipecahkan dengan cara memahami sejumlah pengetahuan dan ketrampilan kerja dan merupakan hasil yang dicapai individu setelah individu yang bersangkutan mengalami suatu proses belajar problem solving yang diajarkan suatu pengetahua tertentu.
Jadi, yang dimaksud dengan problem solving dalam penelitian ini adalah hasil suatu masalah yang melahirkan banyak jawaban yang dihasilkan dari penelitian yang menghasilkan kesimpulan secara realistik dalam 
problem solving model matematika. (Lawson, 1991:53)


Strategi coping yang spontan mengatasi stress
Menurut Lazanus, penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
  • Problem-Pocused Coping (coping yang berfokus pada masalah). Penanganan stress atau coping yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
  • Emotional-Pocused Coping (coping yang berfokus pada emosi). Penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan penilaian defensive.

Cara meningkatkan toleransi stress :
Meningkatkan Toleransi Stress dan Pendekatan Berorientasi terhadap Tugas
Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis .


Muhammad Anwar Kelas 2PA11