Kamis, 06 Juni 2013

Hubungan Interpersonal


HUBUNGAN INTERPERSONAL


Model Pertukaran Sosial dan Analisis Transaksional

       Teori pertukaran sosial adalah salah satu teori sosial yang mempelajari bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain , kemudian seseorang itu menentukan keseimbangan antara pengorbanan  dan keuntungan yang didapatkan dari hubungan itu . Setelah seseorang menentukan keseimbangannya , ia akan menentukan jenis hubungan dan kesempatan memperbaiki hubungan / tidak sama sekali. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain tanpa terasa ada hubungan resiprok didalamnya. Paling tidak ada 3 hal yang kita pertukarkan :

·                        Ganjaran
·                        Pengorbanan
·                        Keuntungan 
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
AT dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Pendekatan analisis transaksional ini berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang dewasa, dan anak. Pada dasarnya teori analisis transaksional berasumsi bahwa orang-orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berpikir, dan memutusakan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan- perasaannya.
Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak.
Dalam eksprerimen yang dilakukan Berne mencoba meneliti dan menjelaskan bagaimana status ego anak, orang dewasa dan orang tua, dalam interaksi satu sama lain, serta bagaimana gejala hubungan interpersonal ini muncul dalam berbagai bidang kehidupan seperti misalnya dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam sekolah, dan sebagainya.
Dari eksperimen ini Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan traksaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis. Percobaan Eric Berne ini dilakukan hamper 15 tahun dan akhirnya dia merumuskan hasil percobaannya itu dalam suatu teori yang disebut Analisis Transaksional dalam Psikoterapi yang diterbitkan pada tahun 1961. Selanjutnya tahun 1964 dia menulis pula tentang Games Pupil Play, dan tahun 1966 menerbitkan Principles of Group Treatment. Pengikut Eric Berne adalah Thomas Harris, Mc Neel J. dan R. Grinkers.

2.   Memulai Hubungan, Pembentukan Kesan & Ketertarikan Interpersonal dalam memulai     hubungan

      Ellen Berscheid (Berscheid, 1985; Berscheid & Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998)menyatakan bahwa apa yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia, dari daftar jawaban yang ada, yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah membangun dan mengelola persahabatan dan  memiliki hubungan yang positif serta hangat. Tiadanya hubungan yang bermakna dengan orang-orang lain membuat individu merasa kesepian, kurang berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan. Ahli Psikologi Sosial, Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah ’ekspresi diri’ (self expression).
Penyebab ketertarikan, dimulai dari awal rasa suka hingga cinta berkembang dalam hubungan yang erat meliputi :

·         Aspek kedekatan
·         Kesamaan
·         Kesukaan timbal balik
·         Ktertarikan fisik dan kesukaan

Teori Ketertarikan Interpersonal

·         Social Exchange Theory
Teori ini mengacu pada pernyataan sederhana bahwa relasi berlangsung mengikuti model ekonomi ‘costs and benefits’ seperti kondisi pasar, yang telah diperluas oleh para psikolog dan sosiolog menjadi teori pertukaran sosial (social exchange theory) yang lebih kompleks.
Teori pertukaran sosial menyatakan bahwa perasaan orang tentang suatu hubungan tergantung pada persepsinya mengenai hasil positif (rewards) dan ongkos (costs) hubungan, jenis hubungan yang mereka jalani, dan kesempatan mereka untuk memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
·         Equity Theory
Beberapa peneliti mengritik teori pertukaran sosial yang mengabaikan pentingnya keadilan atau keseimbangan dalam hubungan. Para pendukung teori ini berpendapat bahwa orang tidak sekedar berusaha mendapatkan rewards sebanyak-banyaknya dan mengurangi costs, melainkan juga peduli mengenai keseimbangan dalam hubungan, yaitu bahwa rewards dan costs yang mereka alami dan kontribusi yang mereka berikan dalam hubungan tersebut kira-kira seimbang dengan pihak lain. Teori ini menggambarkan bahwa hubungan yang seimbang adalah yang membahagiakan dan relatif stabil.

3.      Model Peran, Konflik, dan Adequancy Peran serta Autentisitas dalam Hubungan Peran

Terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
Secara implicit bermain peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.
Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Denagn demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para pserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni (1) kualitas pemeranan, (2) analisis dalam diskusi, (3) pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.

Konflik
Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Substantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi (personality clashes).
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing hitam.

Adequancy peran & autentisitas dalam  hubungan peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.

4.      Intimacy dan Hubungan Pribadi
      Kebutuhan intimacy merupakan suatu kebutuhan akan hubungan dengan orang    lain dan merupakan kebutuhan terdalam pada diri setiap manusia untuk mengetahui seseorang secara lebih dekat, seperti merasa dihargai, diperhatikan, saling bertukar pendapat,  keinginan untuk selalu berbagi dan menerima serta perasaan saling memiliki sehingga  terjalin keterikatan yang semakin kuat dan erat.
Faktor penyebab intimacy :
·         Keluasan : seberapa banyak aktifitas yg dilakukan bersama
·         Keterbukaan : adanya saling keterbukaan diri
·         Kedalaman : saling berbagi
Proses terbentukan intimacy :
Penerimaan  diri  ­  Saling  berinteraksi  ­  Memberi  respon  atau 
tanggapan – Perhatian ­ Rasa percaya  ­ Kasih sayang ­ Mempunyai 
minat yang sama ­ Berhubungan seksual

5.      Intimacy dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita seccara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena (1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh; (2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan; (3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia; (4) kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup; (5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus. Dalam hal inilah keutamaan cinta dibutuhkan.


CINTA DAN PERKAWINAN

Cara memilih pasangan hidup
Cara memilih pasangan hidup –Memiliki pasangan idaman adalah salah satu tujuan hidup manusia. Berikut adalah Cara memilih pasangan hidup untuk seorang wanita terhadap pria. Pilihlah yang benar benar sholeh dan mampu bertanggung jawab kepada Anda nantinya.
Beberapa cara memilih pasangan hidup pria :
v  Memberi nafkah kepada seisi keluarga, sesuai dengan kemampuan usaha dan daya upaya yang ada padanya dengan sungguh-sungguh.
v  Memperlakukan isteri dengan cara dan sikap yang baik.
v  Sejauh mungkin turut membantu istrinya dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehari-hari, terutama sekali dalam bidang pendidikan, bimbingan dan penyuluhan anak-anak.
v  Memberi kebebasan berpikir dan kesempatan bertindak sesuai dengan garis-garis ajaran agama tidak mengekang, mempersulit atau pun menghambat, bahkan mengganggu pikirannya, apalagi menjadikan sang istri menderita lahir dan bathin, sehingga mengakibatkan ia berlaku ataupun bertindak salah.
v  Menjalin toleransi, penuh pengertian, disiplin dan berwibawa, berlandaskan welas asih dan kasih sayang yang tulus.
v  Bersabar akan kekurangan dan kelemahan isteri dengan disertai usaha dan daya upaya untuk memperbaiki, menambah pengetahuan dan mempertinggi kemampuan dan kecerdasannya dalam bidang-bidang yang serasi.
v  Berusaha untuk menciptakan ketentraman, kedamaian dan kerukunan dalam keluarga, dengan terjalinya kesejahteraan dan kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrowi.
v  Manakala timbul perselisihan antara suami dan isteri hendaklah suami dapat mengendalikan diri menahan emosi kemarahan agar dapat menguasai keadaan dan mencari penyelesaian yang bijaksana, tidak mudah memperturutkan amarah hati, agar pangkal perselisihan tersebut tidak semakin larut, sehingga dengan demikian akan mudah terselesaikan.
v  Menuntun isteri dan memberikan pelajaran-pelajaran tentang masalah-masalah keagamaan, terutama sekali yang bertautan dengan kewajiban-kewajiban pribadi (fardu ‘ain), seperti : masalah sholat, thoharoh (bersuci dari hadast kecil dan besar).
v  Berlaku adil dalam memberikan nafkah, sehingga dapat menjalin keserasian nafkah untuk isterinya.
v  Cara memilih pasangan hidup selanjutnya selalu menaruh hormat pada keluarga sang isteri.
Demikian cara memilih pasangan hidup pria yang sholeh dan bertanggung jawab. Semoga suami anda termasuk kedalam ciri suami sholeh dan bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Cara memilih pasangan hidup, pria idaman, menjadi pria idaman, menentukan pasangan hidup, pasangan hidup menurut islam, ciri pasangan setia, pasangan romantis, pasangan masa depan
Seluk Beluk Hubungan dalam Perkawinan

Inilah puncak dari segalanya, setelah melewati  masa pacaran dengan baik. Dengan saling mengikarkan janji suci untuk sehidup semati baik dalam sehat maupun dalam sakit, dalam keadaan kaya atau miskin dan hanya maut yang bisa memisahkan mereka. Sehingga ikrar suci pernikahan itu, mereka bukan lagi dua tetapi telah menjadi satu. Tahap ini memulainya sebuah babak baru, relasi yang ditandai dengan munculnya komitmen tanpa syarat untuk saling mencintai dan memiliki.
Kalau tahap perkenalan merupakan sebuah pintu gerbang menuju ke tingkat pacaran, maka tahap pernikahan merupakan puncak dari tingkat hubungan paling akrab dan mulia yang dilakukan.

Penyesuaian Dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Dwan J.Lipthrott,LCSW mengatakan bahwa ada 5 tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan.Bisa jadi antara pasangan suami istri yang satu dengan yang lain,memiliki waktu berbeda saat menghadapi melalui tahapannya.
Tahap 1: Romantic love.Saat ini adalah saat anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu.
Tahap 2: Dissapointment of Distress. Di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan,memiliki rasa marah dan kecewa pda pasangan,berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya.
Tahap 3: Knowledge and awareness.Bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya
Tahap 4:Transformation.Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan dihati pasangannya.
Tahap 5: Real love.Anda akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan.

Perceraian Dan Pernikahan Kembali
   Perceraian merupakan terputusnya hubungan antara suami istri  adalah cerai hidup yang disebabkan oleh kegagalan suami atau istri dalam menjalankan obligasi peran masing-masing .Dimana perceraian dipahami sebagai akhir dari ketidakstabilan perkawinan antara suami istri yang selanjutnya hidup secara terpisah dan diakui secara sah berdasarkan hukum yang berlaku.